Utusan Khusus Presiden Ukraina untuk Republik Otonom Krimea, Tamila Tasheva (tengah). Foto: Medcom.id/Marcheilla Ariesta
Utusan Khusus Presiden Ukraina untuk Republik Otonom Krimea, Tamila Tasheva (tengah). Foto: Medcom.id/Marcheilla Ariesta

Utusan Khusus Presiden Ukraina untuk Krimea Galang Dukungan Muslim Indonesia

Marcheilla Ariesta • 03 Maret 2023 07:48
Jakarta: Krimea merupakan wilayah Ukraina yang 'dicaplok' Rusia sekitar sembilan tahun lalu. Utusan Khusus Presiden Ukraina untuk Republik Otonom Krimea, Tamila Tasheva mengatakan, mereka hingga kini berjuang melawan penjajahan.
 
Berkunjung ke Indonesia selama lima hari, Tamila bertemu dengan organisasi masyarakat (ormas) Islam di Jakarta, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, MUI, anggota DPR dan juga akademisi.
 
Dalam jumpa persnya di Jakarta, Kamis, 2 Maret 2023, Tamila mengungkapkan, di Krimea ada kelompok etnis dan bangsa Turki yang merupakan penduduk asli wilayah tersebut. Biasanya mereka disebut etnis Tatar Krimea.
Para warga etnis Tatar Krimea beragama Muslim. Karenanya, Tamila ke Indonesia untuk mengajak kelompok masyarakat Islam mendukung perjuangan mereka melawan pendudukan Rusia.
 
"Krimea membutuhkan solidaritas dari komunitas Muslim di seluruh dunia. Dan kami mengapresiasi dukungan semuanya, dari Indonesia di berbagai level," kata Tamila.
 
Ia menjelaskan, para muslim di Krimea mendapat persekusi. Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga menjadi korban persekusi, terutama orang-orang Tatar Krimea.
 
"Banyak anak-anak dipisahkan dengan orang tua mereka, keluarga mereka, dan dibawa ke Rusia," ucapnya.
 
Hal ini dibenarkan oleh anggota Parlemen Ukraina, yang ikut dalam kunjungan ini, Vadym Halaichuk. Ia mengatakan, banyak orang Krimea yang ditangkap Rusia.
 
Dan selama sembilan tahun ini, mereka berusaha untuk berdialog dengan Rusia untuk merebut kembali Krimea. Namun, upaya ini kerap gagal.
 
"Mungkin yang paling bisa dilakukan saat ini adalah dengan kekuatan militer. Sayangnya ini menjadi opsi kami untuk dapat merebut kembali Krimea," ucap Halaichuk.
 
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, dalam jumpa pers ini mengatakan, negaranya tidak pernah menolak untuk berdialog. "Namun, diplomasi membutuhkan dua orang (yang serius berdamai) atau bahkan menggunakan pihak ketiga sebagai mediator," ucapnya.
 
"Jadi, sya kira jika menyangkut agresi Rusia, saya rasa hanya satu caranya 'lari atau mati' karena merka tidak mau menyerah membunuh warga sipil, menghancurkan infrastruktur sipil, dan lain sebagainya," ucap Dubes Vasyl.
 
Meski demikian, ia menegaskan kembali jika negaranya tidak menutup pintu untuk diplomasi. "Bukan hanya berbicara soal perdamaian saja, tapi melakukan sesuatu yang konkret yang harus kita lakukan saat ini, seperti halnya pembebasan tahanan politik asal Ukraina yang ditahan Rusia," pungkasnya.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FJR)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif